Wa’alaikumussalam warahmatullahi ta’ala wabarakatuh.
Mbak Eni yang dimuliakan Allah, semoga keluarga Anda mendapatkan keberkahan yang berlimpah dari Allah SWT.
Barangkali tidak berlebihan jika saya
mengatakan bahwa setiap orang yang membeli baju pasti melihat-lihat
dulu. Ia akan berusaha untuk mengenali bagian-bagian yang menarik dari
baju yang akan dipakainya itu, di samping juga mengenali cacat atau
kekurangannya. Kadang atau bahkan seringkali orang berlama-lama dalam
memilih calon bajunya. Semakin banyak pilihan, semakin bingung. Akhirnya
ia mengambil keputusan untuk memilih salah satu di antaranya yang
menurutnya paling cocok dengan dirinya. Sejak ia menjatuhkan pilihan
pada baju tersebut, sejak itu pula ia merasakan bahwa baju tersebut
adalah bagian dari dirinya. Ia merasa nyaman dengan pilihannya itu.
Perumpaan memilih baju di atas sama
halnya dengan memilih pasangan hidup. Dalam Al Qur’an Allah SWT
menggambarkan istri/suami sebagai pakaian, “Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka,” (Q.S. Al Baqarah: 187).
Teliti Sebelum Membeli
Kalau baju yang akan dipakai untuk
setengah tahun, setahun, atau dua tahun saja perlu dikenali terlebih
dahulu sebelum dipakai, apalagi istri atau suami yang akan dipakai bukan
hanya setengah tahun, setahun, atau dua tahun, melainkan insya Allah
hingga ke akhirat. Bedanya, Anda boleh mencoba baju yang akan Anda beli
itu. Adapun calon suami atau istri, tidak ada istilah coba-mencoba.
Untuk itu, mengenali calon pasangan merupakan hal penting yang
diperintahkan oleh Rasulullah SAW.
Kenali Sebelum Menikahi
Karena proses mengenali penting dalam
sebuah pernikahan, untuk kepentingan menikah seseorang boleh melihat
calon pasangannya terlebih dahulu. Bahkan, kalau kita pahami dari bahasa
hadits itu, bukan hanya melihat (rukyah) tapi memandang (nazhar).
Tentu beda antara melihat dan memandang. Melihat dapat diartikan
sebagai sepintas lalu dan kadang tanpa perhatian. Adapun memandang
dilakukan dengan penuh perhatian dan tidak hanya sepintas lalu.
Imam Muslim dalam shahihnya meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa seseorang menghadap Nabi SAW seraya berkata, “Saya
sudah menikah dengan seorang wanita dari Anshar. Nabi saw. bertanya,
“Apakah kamu sudah memandangnya, sesungguhnya di mata orang-orang Anshar
itu ada sesuatunya,” (H.R. Muslim).
Disebutkan pula dalam kitab Al Mustakhraj karya Abu ‘Awanah, dari Al Mughirah bin Syu’bah berkata, “Saya sudah melamar perempuan.” Maka bertanyalah Rasulullah SAW, “Sudahkah engkau memandangnya?” Saya menjawab, “Belum”. Beliau SAW bersabda, “Pandanglah dia, sesungguhnya memandang itu lebih dekat untuk menyatukan kalian berdua.”
Bahkan untuk keperluan menikah itu juga, seseorang boleh memandang calonnya tanpa sepengetahuannya.
Meskipun untuk alasan yang syar’i itu
seseorang boleh memandang langsung calon pasangannya, namun ada juga
cara lain yang menurut hemat saya lebih aman dan lebih santun yaitu
dengan mengutus orang kepercayaan. Untuk mengenali calon istri, seorang
lelaki boleh mengutus adik perempuan atau bibinya untuk bukan hanya
memandang, melainkan juga mengenali keluarganya, saudara-saudaranya,
bahkan seekstrim hingga mengenali bau keringatnya.
Peran ini juga dapat dilakukan oleh orang tua, guru, dan atau teman seperjuangan Anda yang tentu satu visi dan pemikiran.
Apa Saja Yang Dikenali
Apa saja yang dapat memotivasi Anda
untuk menikah dengannya, Anda boleh mengenalinya. Namun harus
diperhatikan bahwa apa yang Anda lihat darinya itu adalah amanah yang
tidak boleh Anda ceritakan kepada siapapun. Terlebih karena belum tentu
Anda jadi menikah dengannya. Karena itulah, maka kita dapati bahwa yang
dilihat (dipandang) langsung adalah wajah dan telapak tangannya. Dari
wajah dapat dikenali rupanya, dari telapak tangan dapat diketahui
kesuburannya.
Adapun aib atau cacat, boleh juga
disebutkan saat Anda ta’aruf dengan catatan tidak berlebihan hingga
akhirnya Anda tidak pernah menikah. Bukankah di samping kekurangan,
terdapat kelebihan yang dapat menutupi kekurangan itu? Pengenalan lebih
detail yang dilakukan dengan jujur dan tulus di depan lebih baik
daripada menimbulkan penyesalan di kemudian hari. Untuk pengenalan
detai-detail semacam ini akan lebih baik kalau disampaikan dalam bentuk
tulisan sebagaimana dilakukan oleh rekan-rekan yang membidangi biro
perkawinan dan bimbingan keluarga.
Demikian jawaban saya, semoga cepat mendapatkan jodoh yang tepat.
Ust. Jasiman, Lc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar